Tema : Perbedaan
pandangan antara anak dan orangtua tentang kebiasaan remaja sekarang.
Tokoh : Nirina, Pak Adi, Radit, Bu Suci, Rini, Niken, B Inah.
Latar : Di
Ruang Keluarga Pagi, Di jalan Raya siang hari, Di rumah kumuh Siang hari, di
Sekolah Pagi hari, di Rumah Sakit siang hari
Judul : “Inilah Kehidupanku”
Pengarang : Sekar Wangi Retno pembayun.
“Inilah Kehidupanku”
Pagi
ini terlihat sangat cerah sang mentaripun mulai menghiasi indahnya pagi. Setiap
pagi adalah hal tang paling disenangi Nirina, karena setiap pagi keluarga
Nirina bisa berkumpul di ruang makan. Setelah selesai sarapan keluarganya pun berkumpul
di ruang keluarga. Tiba-tiba saja ayah Nirina memulai pembicaraan .
Pak
Adi : Hari senin ini ayah ada dinas keluar
kota sampai hari rabu, jadi kalian berdua berangkat sekolahnya berangkat sendiri .
Radit : Perasaan dari dulu Radit berangkat
sendiri Yah, hehe (mendekati ayahnya)
Pak
Adi : Iya, kamu kan sudah kuliah, kalau
adik kamu kan masih SMP. Jadi saat Ayah pergi keluar kota, kamu harus mengantar adikmu.
Nirina : Terus
pulangnya bagaimana Yah?
Pak
Adi : Pulangnya naik angkuatan umum.
Nirina : Baiklah yah.
Setelah selesai berbicara, Nirina
pun berangkat sekolah bersama kakaknya.
Pulang
sekolah Nirina menunggu angkutan umum sendirian, karena kebetulan sahabatnya hari
ini tidak berangkat sekolah. Karena sangat lama, akhirnyapun dia berjalan
menuju kearah jalan raya. Tiba-tiba saja ada anak kecil yang memandangnya.
Nirina : Halo, adik kecil nama adik siapa? (sambil
menghampiri anak berumuran 7 tahun)
Rini : Nama aku Rini kak, nama kakak siapa?
Nirina : Nama kakak Nirina, panggil saja kak Rina.
Oya, Rini disini sedang apa?
Rini : (menundukkan kepala dan tidak bersuara)
Nirina : Lho kok diam saja kenapa? Apa kakak salah
bicara ya ?
Rini : Enggak kok kak, ikut Rini kak?
Nirina : Ayo, tapi jangan jauh-jauh ya?
Rini
pun mengajak Nirina kesalah satu perkampungan kumuh. Dimana disitu banyak anak
jalanan. Letaknya pun sangat tidak seteril, dan mungkin kurang layak.
Rini : Inilah kehidupan Rini kak. Semenjak
Rini terpisah dari Ayah dan ibu.
Nirina : Kalau boleh kakak tahu, Ayah dan Ibu Rini
dimana?
Rini : mereka tinggal di Bandung kak, dulu
Rini terpisah dengan Ayah dan Ibu di Stasiun. Dan dibawa oleh seorang kesini?
Nirina
:
Siapa orang yang membawa Rini kesini?
Belum
Rini menjawab tiba-tiba Rini menarik Rina dan bersembunyi. Dilihatnya 2 orang
pria berbadan tegap, dengan kumis yang panjang dan bersuara mengerikan. Setelah
orang itu pergi Rini langsung mengajak Nirina pergi dari tempat itu. Di jalan
mereka berbicara.
Rini : Dua penjahat itu kak yang mengajak Rini
kesini, dan sekarang Rini harus mengamen dan mencari uang.
Nirina
pun hanya terdiam dan meneteskan air matanya. Akhirnya pun Nirina dan Rini
berpisah . Nirina pun pulang. Sampai di rumah, Nirina hanya bisa diam dia merasa
sangat kesepian, Ayah dan ibunya pun lebih mementinghan bisnis, sedangkan
kakaknya masih menyelesaikan skripsinya.
Bi
Inah : Non, itu makanannya sudah siap.
Nirina : Baiklah, Bi Inah temani Nirina makan ya?.
Bi
Inah : Iya.
Mereka
berdua pun makan bersama, setelah selesai. Nirina langsung berlari ke kamar.
Dilihatnya foto ayah, ibu, sahabat, dan kakaknya dia menangis merindukkan
keharmonisan yang saat ini sudah tidak ada lagi.
2
hari sudah berlalu, waktunya ayah Nirina pulang. Di ruang keluarga dilihatnya
sosok ayah dan ibunya, yang sedang asik membaca Koran.
Nirina : Ayah, Nirina berangkat sekolah dan
pulangnya naik angkutan umum saja ya?.
Bu
Suci : Tidak, ibu tidak satuju. Anak
orang terkaya disekolahan kok naik angkutan umum. Naik mobil ibu saja, nanti
Ibu carikan sopir.
Nirina : Tapi bu?.
Pak
Adi : Baik Ayah kabulkan, dengan syarat
kamu harus mendapatkan nilai bagus.
Nirina : iya ayah.
Bu Suci : Ibu enggak setuju. Ayah ?.
Pak
Adi : Iya bu, Biarlah putri kita mandiri.
Oya
semenjak bertemu dengan Rini, Nirina pun Sering pulang sore bahkan terkadang
sampai jam 19.00 WIB. Bahkan orang tuanya tidak mengetahui. Namun tiba-tiba
saja di sekolah sahabat Nirina bertanya.
Niken : Akhir-akhir ini kamu kemana saja, aku sering
melihat kau pulang malam.
Nirina :
Aku main bersama anak jalanan, tapi janji jangan sampai keluargaku mengetahui.
Niken :
Apa? Memang enaknya apa? Kenapa kamu berubah Rina.
Nirina : Aku bisa berbagi dengan mereka, bahkan mereka
bisa membagi waktunya untuk aku. Tidak seperti keluargaku, yang selalu
mementingkan bisnisnya.
Aku tidak pernah berubah,
aku tetap seperti Rina yang dulu. Bukankah sekarang kamu dan keluargaku yang
berubah.
Niken : Maaf ya Rina, saat ini aku tidak ada waktu
buat kamu. Tapi aku boleh ikut kamu kan membantu anak-anak itu?
Nirina :
Boleh banget, tapi dengan 1 syarat!.
Niken :
Baiklah, apa syaratnya ?.
Nirina :
Jangan bilang dengan keluargaku.
Niken :
Baiklah.
Mereka
berdua pun sering menghabiskan waktu bersama anak-anak kurang mampu dan anak
jalanan. Persahabatan mereka pun semakin erat.
Namun
3 minggu kemudian Ayah Nirina mulai curiga, pulang dari jalanan tepatnya pukul
18.00 WIB. Ayah dan ibunya langsung memarahinya.
Pak
Adi : Dari mana saja Rina? Jam segini baru
pulang.
Nirina : Tadi ada kegiatan basket di sekolah yah.
Bu
Suci : Belajar ekting dimana kamu?.
Nirina : (terdiam)
Pak
Adi : Mau jadi apa kamu, anak perempuan
jam segini baru pulang?.
Bu
Suci : Ibu benar-benar tidak menyangka anak
ibu yang selama ini, ibu banggakan ternyata sangat mengecewakan. Dimana Nirina
yang dulu, yang patuh dengan kedua orang tua, dan tidak pernah mengecewakan
orang tua.
Pah
Adi : Kamu itu sekolah dulu yang benar,
bukan malah main-main kerjaannya.
Nirina : Nilai Nirina kan masih baik yah? Tidak ada
penurunan.
Pak
Adi : memang, tapi sikap kamu yang seperti
ini, sangat tidak layak dimiliki seorang perempuan.
Bu
Suci : seorang perempuan yang baik itu,
tidak pernah pulang malamdan mengecewakan kedua orang tuanya.
Radit :
(menghampiri mereka) Ayah, ibu sudah kita kan bisa tanya baik-baik bukan
seperti ini?.
Bu Suci :
Diam kamu Radit tidak usah kamu ikut campur. Percuma kita baik-baiki anak tidak
tahu terimakasih ini.
Pak Adi : Besok kamu
tidak boleh naik angkutan umum lagi, karena mulai sekarang kamu harus dengan
sopir. Dan tidak ada waktu buat bermain, belajar dan belajar.
Bu Suci : benar kata
ayah, dan ibu tidak mau nilai kamu dibawah 9.
Nirina : Dan apa lagi
yah? Dan aku bisa mati jika seperti ini.
Nirina
pun menuju ke kamar, dilihatnya boneka kesayangannya pemberian anak jalanan itu,
dia menangis tersedu-sedu.
Pagi
harinya keluarga Nirina sudah berkumpul di ruang makan. Tiba-tiba saja Bi inah
Datang dan berkata.
Bi Inah : Tuan, Non Nirina tidak ada di kamarnya, dan
dia meninggalkan surat ini.
Bu Suci : Mana suratnya Bi, Biar saya yang
membaca,
"Ayah, Ibu, kakak maafkan Nirina yang
selama ini, sudah mengecewakan kalian semua. Nirina tidak pernah berubah,
Nirina masih seperti yang dahulu.
Dahulu
Ayah pernah bilang Bantulah fakir miskin dan orang tidak mampu. Ibu juga sering
bilang, saat kita di atas jangan lah lupa dengan yang di bawah.
Nirina
selalu ingat dengan kedua pesan itu, selama ini Nirina pergi untuk
memperjuangkan anak jalanan agar mereka bisa berkumpul dengan kedua orang
tuanya.
Namun
mungkin Nirina mengecewakan ayah dan Ibu, Nirina Cuma minta disaat Nirina pergi
Ayah dan Ibu harus tersenyum dan jangan pernah
sedih.
Rukun-rukunlah
dan jaga kesehatan. Nirina sayang semua."
Radit : Ibu, ayah ayo kita cari Nirina sebelum
dia pergi jauh!.
Merekapun
pergi bersama, baru mereka mau pergi tiba-tiba saja banyak keluarga anak
jalanan dan Bapak dan ibu Komnas HAM datang. Untukberterima kasih dengan
Nirina, karena telah mempertemukan keluarga mereka.
Pak Adi :
Saudara-saudara maaf saat ini Nirina pergi dari rumah, mari kita mencari Nirina
bersama-sama.
Mereka
semua pun pergi mencari Nirina. Pukul 14.00 WIB, saat Ibu Nirina turun dari
mobil dan saat menyebrang tiba-tiba saja dari arah barat ada mobil kemudian
Brug, terjadilah kecelakaan yang mengahibatkat Nirina luka berat karena menolong
Ibunya. Nirina pun langsung dibawa ke rumah sakit.
Setelah
5 hari Koma , Nirina pun sadar dilihatnya sosok yang sangat dicintainya
Ayah, Ibu, Kakak, Sahabatnya, dan Anak Jalanan. Dia pun tersenyum sambil
meneteskan air mata di Pipinya.
Bu Suci: Maafkan ibu ya sayang? (mendekati
dan memeluk Nirina)
Nirina :
Iya Ibu.
Niken :
Rina aku rindu sama kamu. (memeluk tubuh Rina)
Nirina :
Aku juga Ken.
Rini :
Kakak terimakasih ya berkat kakak aku bisa berkumpul dengan ayah dan Ibuku.
Nirina :
Iya sayang.
Radit :
Oya buat yang belum bertemu dengan keluarganya bagaimana yah?.
Pak Adi : Ayah akan membuatkan sangar, dan bekerjasama
dengan polisi dan Komnas HAM untuk mempertemukan keluarga mereka.
Nirina : terima kasih yah.
Akhirnya mereka pun hidup bahagia, dan Ayah Nirina tidak
lagi terlalu sibuk. Nirina pun sangat senang karena diperbolehkan oleh Ayahnya
untuk mengajar anak sangar bersama Niken, keluarga mereka pun sekarang menjadi
harmonis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar